Jumat, 20 November 2015

teori dan kata kunci tokoh sosiologi klasik

1.      EMILE DURKHEIM

MORALITAS
ü  PENGERTIAN MORALITAS :
Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan, kata jumlahnya “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores” adalah  kesusilaan, kebiasaan.[52]  Sedangkan “moral” adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila.[53]  Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya.
ü  Menurut Durkheim , Moralitas adalah sistem kaidah atau norma mengenai tindakan yang menentukan tingkah laku seseorang.
Ø  Moralitas teoritis : menyusun hukum umum moralitas (universal). Hukum yang mengatur tindakan manusia secara umum atau menyeluruh dalam tingkatan universal. Contoh : hukuman penjara 15 tahun bagi pencurian.
Ø  Moralitas terapan : menyelidiki bagaimana hukum tersebut diterapkan pada situasi umum yang bermacam ragam ditemukan dalam hidup yang bersifat khusus sesuai daerah. Contoh : masyarakat mojokerto sepakat jika ada orang berzina , dihukum telanjang memutari desa dan menerima denda sebesar 200 juta.
ü   Unsur-unsur Moralitas :
a.       Semangat disiplin : adalah perilaku yang berulang-ulang yang menganut sesuai ketetapan dan perintah Disiplin moral adalah suatu yang baik yang ada dalam diri sendiri, sebab kita harus mentaati semua perintahnya, bukan karena tindakan-tindakan itu wajib dilaksanakan atau karena penting, melainkan semata-mata karena diperintahkan. Disiplin merupakan sarana manusia untuk mewujudkan kodratnya, maka disiplin harus berubah sesuai dengan zaman, berhubungan dengan perkembangan historis dari peradaban, maka diperlukan pengungkapan fakta realitas, bukan hanya itu tetapi cara menanamkan disiplin perlu juga kita rubah dan kekuatan-kekuatan yang membatasinya pun selalu kita samakan berbagai kurung waktu dalam perjalanan sejarah.
b.      Ikatan pada kelompok : fakta menunjukkan bahwa tindakan moral bukanlah dihadapkan pada kepentingan pribadi, melainkan dikatakan tindakan moral, jika prilaku tersebut dihadapkan pada kesatuan sosial atau berhubungan dengan kepentingan publik (orang banyak).  Ikatan pada kelompok memberikan arti penting tentang diri sendiri tetapi demi kepentingan bersama atau kelompok.


c.       Otonomi : ahli pemikir yang merasakan dua kata yang saling berbeda yaitu “kebaikan” dan “kewajiban”, hal mana kewajiban sebagai suatu moralitas yang diperintahkan sebagai suatu otoritas yang harus dipatuhi sedangkan kebaikan adalah suatu moralitas yang dianggap hal yang di inginkan, menarik perhatian secara suka rela dan memperkuat diri kita terhadapnya. Dari sini tampak jelas bahwa keduanya sebagai suatu realitas yang sama, kewajiban adalah masyarakat dalam penetapan aturan-aturan dan kebaikan juga masyarakat dalam pembentukan realitas yang lebih kaya dari pribadi kita sendiri. Secara sepihak banyak yang menyatakan hal itu berbeda, tapi unsur moralitas tersebut dalam kenyataan berkaitan, di mana kebaikan merupakan pengertian dasar dari pada kewajiban berasal, dan kewajiban merupakan persesuaian dari suatu kaidah karena perbuatan yang diperintahkan adalah suatu kebaikan

ü  Fungsi moralitas :
A.    Untuk menentukan tingkah laku
B.     Membatasi unsure yang bersifat semaunya saja
C.     Bersifat tidak bisa berubah

ü  Kata kunci :
Untuk menjadi manusia sejati, kita harus segera mengaitkan diri kita dengan sumber utama kehidupan moral dan mental yang menjadi ciri pokok umat manusia. Sumber itu tidak berada dalam diri kita melainkan dalam masyarakat. Dan masyarakat merupakan penghasil serta penyimpang semua kekayaan peradaban. Tanpa kekayaan tersebut, manusia tidak ada bedanya dengan binatang. Jadi moralitas bukan hanya sekedar sistem perilaku yang sudah merupakan kebiasaan, melainkan suatu sistem perintah. Unsur lain dari moralitas selain unsur keteraturan, pada dasar kehidupan moral terdapat makna otoritas.













2.      GEORG SIMMEL
Munculnya Masyarakat Melalui Interaksi
Simmel memberikan suatu konsep tentang masyarakat melalui interaksi timbal balik. Masyarakat dipandang lebih daripada hanya sebagai suatu kumpulan individu sebaliknya masyarakat menunjuk pada pola interaksi timbal balik antara individu. Pendekatan Simmel meliputi pengidentifikasian dari penganalisaan bentuk-bentuk yang berulang atau pola-pola “sosiasi” (sociation). Sosiasi adalah terjemahan dari kata “ Vergesellschaftung (Jerman), yang secara harafiah berarti proses dimana masyarakat itu terjadi. Dengan demikian jika individu-individu saling berhubungan dan saling mempengaruhi, maka terbentuklah suatu masyarakat. Proses interaksi timbal balik itu bisa bersifat sementara dan berlangsung lama.
Bentuk-Bentuk Interaksi :
Sosiabilita
Sosiasi atau interaksi yang dipisahkan dari isinya menghasilkan sosiabilita, dimana sosiabilita sebagai bentuk yang murni merupakan interaksi yang terjadi demi interaksi itu sendiri dan bukan yang lain. Sebagai contoh, silahturahmi pada waktu lebaran. Sekalipun mempunyai pekerjaan yang sama tetapi ketika mereka bersilahturami, mereka tidak akan membicarakan masalah pekerjaan tetapi mungkin hal yang ringan karena pokok pembicaraan tidak sepenting kenyataan yang menjadi dasar bagi bentuk sosiabilita.
Hubungan Seksual
Contoh lain yang memperlihatkan pembedaan antar bentuk dan isi adalah orang yang berpacaran. Sebagai suatu bentuk yang murni, pacaran tidak mencakup interaksi sosial sosiabel yang mungkin mendahului sosial. Dalam berpacaran masing-masing pihak akan menampilkan perilaku yang merangsang dan memberi kesan daya tarik seksual yang ada pada saat itu, dan sekaligus dengan caranya sendiri menahan untuk berbuat. Dengan cara ini orang yang berpacaran dapat menikmati bentuk hubungan seksual yang menarik tanpa memasukkan isi dari hubungan seperti itu.
Superordinasi dan Subordinasi
Superordinasi dan subordinasi memiliki hubungan timbal balik. Superordinasi tidak ingin sepenuhnya mengarahkan pikiran dan tindakan orang lain, justru superordinasi berharap pihak yang tersubordinasi bereaksi secara positif atau negatif. Bentuk interaksi ini tidak mungkin ada tanpa hubungan timbal balik. Bahkan dalam hubungan sosial yang eratpun sering terjadi ketegangan-ketegangan atau konflik.
Bentuk Superordinasi dan Subordinasi dapat dibedakan antara lain :
  1. Subordinasi di bawah seorang individu dan struktur kelompok.
Orang dapat disubordinasi oleh individu, kelompok, atau kekuatan objektif. Kepemimpinan oleh individu tunggal umumnya mengarah pada kelompok tertutup yang menentang pemimpin. Simmel dalam hal ini hendak membedakan subordinasi yang dibawah seorang individu dan subordinasi dibawah suatu prinsip umun.
  1. Subordinasi di bawah lebih dari satu orang.
Subordinasi lebih dari satu orang lebih ojektif daripada subordinasi di bawah satu orang. Objektivitas ini menghasilkan perlakuan yang lebih adil (merata) terhadap subordinat. Oleh sebab itu, subordinasi lebih dari satu orang ternyata lebih disukai.
  1. Subordinasi dibawah suatu prinsip ideal
Subordinasi dibawah suatu prinsip ideal adalah subordinasi dibawah suatu prinsip umun. Misalnya pemerintah yang berdasarkan hukum. Hubungan antara superordinat dan subordinat dalam subordinasi ini diatur oleh prinsip-prinsip objektif atau hukum-hukum dimana kedua belah pihak harus taat. Dalam subordinasi yang seperti ini mengurangi sistem dominasi superordinat.
  1. Subordinasi dan kebebasan individu.
Subordinasi seringkali dipahami sebagai suatu keadaan yang menekan kebebasan subordinat. Memperoleh kebebasan kelihatannya menuntut hilangnya pembedaan antara superordinat, tetapi Simmel menunjukkan bahwa kebebasan tidak harus sejalan dalam suatu dasar jangka panjang. Bagi subordinat kebebasan berarti memiliki privelese yang ada pada superordinat untuk menguasai. Dengan demikian perjuangan subordinat untuk memperoleh kebebasan bukan untuk menghilangkan bentuk superordinasi dan subordinasi, melainkan supaya subordinat memperoleh posisi superordinat.
ü  Kata kunci :
Masyarakat terdiri dari jaringan relasi-relasi antara orang, yang menjadikan mereka bersatuu. Masyarakat bukan badan fisik, juga bukan bayangan saja didalam kepala mereka, melainkan sejumlah pola perilaku yang disepakati dan ditunjang bersama. Pengertian ini dinamakan  Sosiologi theory of action (teori tindakan ). Interaksi anggota yang bertumpu pada konsepsi-konsepsi dan pola-pola perilaku yang ditunjang bersama, itulah satu-satunya titik tolak agar kita mencapai suatu pengertian akan masyarakat yang sebenarnya. Dan sebenarnya adanya  masyarakat karena adanya interaksi.
3.      FERDINAND TONNIES

TEORI GEMEINSCHAFT DAN GESELLSCHAFT
1.      Gemeinschaft (paguyuban)
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batiniah dan alamiah yang bersifat kekal dan alamiah. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin. Dasar hubungannya, perasaan, simpati dan kepentingan bersama. Bentuknya dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga.
Menurut Tonnies, di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu diantara tiga bentuk Gemeinschaft, yaitu; Gemeinschaft karena ikatan darah, contoh; keluarga kelompok kekerabatan. Gemeinschaft karena tempat, contoh; rukun tetangga, rukun warga, arisan. Gemeinschaft karena jiwa, fikiran, rasa kekerabatan, terdiri dari orang-orang yang mempunyai jiwa, fikiran, rasa kekerbatan yang sama, seperti persahabatan.
1.      Intimate, yaitu hubungan menyeluruh yang mesra;
2.      Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja;
3.      Exlcusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” dan tidak untuk orang-orang lain di l;uar “kita”
Menurut Ferdinand Toennies prototipe semua persekutuan hidup yang dinamakan gemeinschaft itu keluarga. Ketiga soko guru yang menyokong gemeinschaft adalah:
a.      Gemeinschaft by blood (ikatan darah)
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Contoh: kekerabatan, masyarakat- masyarakat suatu daerah yang terdapat di daerah lain. Seperti ikatan mahasiswa Jambi di Yogyakarta.
b.      Gemeinschaft of place (ikatan tempat)
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapat saling tolong menolong. Contoh: RT dan RW.

c.       Gemeinschaft of mind (ikatan pernikahan)
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran yang sama.

2.      Gesellschaft (patembayan)
Sebaliknya, gesellschaft merupakan kehidupan bersama yang ikatannya lahir, jangka waktunya pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam fikiran belaka serta strukturnya bersifat mekanis. Dasar hubunganya, kepentingan-kepentingan rasional dan ikatan-ikatan yang tidak permanen sifatnya. Bentuk gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal-balik, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industry.

ü  Kata kunci
konsep tradisional dan modern dalam suatu organisasi sosial, yaitu Gemeinschaft (yang diartikan sebagai kelompok atau asosiasi) dan Gesellschaft (yang diartikan sebagai masyarakat atau masyarakat modern-istilah Piotr Sztompka). Gemeinschaft  itu sudah merupakan kodrat manusia yang timbul dari keseluruhan kehidupan alami. Sedangkan Gesselschaft yaitu merupakan bentuk-bentuk kehendak yang mendasarkan pada akal manusia yang ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu dan sifatnya rasional dengan menggunakan alat-alat dari unsur-unsur kehidupan lainnya
















4.      PETER LUDWIG BERGER
Relevansi Teori Konstruksi Berger Dengan Perubahan Sosial
Realitas objektif dan subyektif Berger, adalah kenyataan yang terjadi pada masyarakat itu sendiri. Seperti pendapat Berger yang sepaham dengan Durkheim, struktur sosial yang objektif memiliki karakteristik sebagai berikut :
– Eksternalisasi (luar), adalah sebuah upaya untuk mengaktifkan atau mengeksiskan diri (manusia) terhadap dunia luar, salah satunya di dasari pada sebuah kebutuhan. Atau proses manusia menciptakan sesuatu.
– Objektivasi, usaha untuk mewadahkan objeknya, agar tidak sia-sia dan tidak musnah.
– Internalisasi (dalam), penyerapan nilai atau norma dalam diri manusia.
Pada sederhananya, teori Berger adalah tentang konstruk sosial, dalam kata lain adalah membangun masyarakat. Dalam istilah pembangunan itu sendiri, paradigma kita sudah pasti memahami akan adanya perubahan sosial, karena akibat dari adanya pembangunan itu sendiri, pasti akan ada perubahan sosial, baik bersifat fungsi, disfungsi, baik, buruk.
Eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi, atau eksternalisasi habitualisasi, dan tradisi, adalah sebuah proses dalam masyarakat, dimana masyarakat berjalan dari proses tersebut dalam sebuah keteraturan. Baik realitas objektif atau subyektif, adalah kenyataan yang terjadi pada masyarakat itu sendiri.

ü  KATA KUNCI
Manusia berbeda dengan binatang. Binatang telah dibekali insting oleh Tuhan, sejak dilahirkan hingga melahirkan-sampai mati. Manusia secara biologis dan sosial terus tumbuh dan berkembang, karenanya ia terus belajar dan berkarya membangun kelangsungannya. Upaya menjaga eksistensi itulah yang kemudian menuntut manusia menciptakan tatanan sosial. Jadi, tatanan sosial merupakan produk manusia yang berlangsung terus menerus-sebagai keharusan antropologis yang berasal dari biologis manusia. Tatanan sosial itu bermula dari eksternalisasi, yakni; pencurahan kedirian manusia secara terus menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisis maupun mentalnya






5.      GAETANO MOSCA
teori tentang kelas politik. Dalam pandangan Mosca, setiap organisasi politik mengandung dua kelas politik manusia yang berbeda, yaitu kelas yang memerintah dan kelas yang diperintah. Kelas yang diperintah terdiri dari minoritas terorganisasi yang akan memaksakan kehendaknya melalui manipulasi maupun kekerasan bahkan dalam  Negara demokrasi sekalipun.

Pembagian Kelas Masyarakat

Sesuai pemaparannya, perkembangan dan perubahan masyarakat tak lain karena berbagai hal yang saling mempengaruhi, seperti iklim, geografi, biologi, tehnik, ekonomi, intelektual dan faktor-faktor lain.       Dan berdasar kajian sejarahnya, Mosca mendapati bahwa semua masyarakat dapat dibagi kedalam kelas atau kelompok penguasa dan kelas yang dikuasai.
·         Kelas Penguasa
Meski ia memiliki jumlah yang lebih sedikit, namun ia dapat memegang semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan-keuntungan yang didapatnya, tentu dari kekuasaannya itu.
·         Kelas yang Dikuasai
Jumlah dari kelas yang dikuasai ini memang lebih besar, namun ia justru lebih berposisi pada “yang diatur dan dikontrol,” dan pengatur pun pengontrolnya tak lain adalah kelas pertama, penguasa.     Dilihat dari sini, dapat disimpulkan bahwa orang yang menduduki posisi sebagai elite penguasa tentu mempunyai kemampuan lebih dari pada massa yang dikuasai itu.

Empat Dasar Sosial Kekuasaan

Dan berdasarkan kesimpulan di atas, maka menurut Mosca ada empat faktor yang menjadi dasar sosial kekuasaan suatu kelas, yaitu kekayaan, kelahiran, kemampuan militer, dan pengetahuan.
·         Kekayaan
Kekayaan telah menjadi alat untuk memasuki kelas penguasa baik di dalam sistem pemerintahan klasik (kerajaan, monarki) ataupun sistem pemerintahan modern (nasionalis, kapitalis, sosialis).
·         Kelahiran
Kelahiran disini memiliki definisi sebagai status yang diwarisi memberi akses pada lingkaran kelas penguasa, masyarakat hierarkis tertutup, aristokrat turun-temurun, termasuk pada lingkaran kelas penguasa pada masyarakat yang demokratis sekalipun.
·         Kemampuan Militer
Kemampuan militer merupakan sumber berharga ketika kondisi sebuah negara dalam bahaya, penuh konflik, berperang. Siapa yang memiliki pasukan banyak, strategi militer dan peralatan senjata canggih tentu akan lebih mendapatkan kuasa.
·         Pengetahuan
Sebagaimana banyak orang ketahui, kebodohan tentu adalah keterbelengguan. Jadi, pengetahuan adalah hal yang tak bisa diabaikan, dan ia pun menjadi salah satu faktor dasar dari sosial kekuasaan. Pasalnya pengetahuan adalah sumber kekuasaan yang bisa diartikan sebagai pemilikan beberapa tehnik, keunggulan pengetahuan adat dan pengetahuan moral, keagamaan. Semua keunggulan itu dapat juga menjadi pengesah dari posisi sebagai kelas penguasa.
Mosca sadar bahwa faktor kekayaan, kelahiran, kekuatan militer, dan pengetahuan tidaklah eksklusif. Kekayaan kadang-kadang dapat membeli kekuatan militer, dan masuk kedalam aristokrasi penguasa, atau orang kaya bisa saja tidak bekerja dan menggunakan waktu luangnya untuk memperoleh pengetahuan yang demikian dihargai di dalam masyarakat tertentu.     Masih menurut Mosca, kelas penguasa membutuhkan formula politik untuk menjalankan kekuasaanya. Formula ini, secara fundamental sesungguhnya irrasional, namun disajikan dengan bentuk logis. Formula tersebut berfungsi untuk membenarkan kekuasaan dari elit dan struktur masyarakat yang dia kuasai. Contoh adalah raja dengan keagungan Tuhan, kedaulatan rakyat.
ü  KATA KUNCI
Menurut mosca kekuatan kekayaan, kelahiran, kekuatan militer, dan pengetahuan tidaklah eksklusif. Kekayaan kadang-kadang dapat membeli kekuatan militer, dan masuk kedalam aristokrasi penguasa, atau orang kaya bisa tidak bekerja dan menggunakan waktu luangnya untuk memasuki pendidikan dalam jangka panjang untuk memperoleh pengetahuan yang demikian dihargai didalam masyarakat tertentu.



DAFTAR PUSTAKA
Kojirous.”7 tokoh sosiologi politik”.kamis,6 januari.2011. https://koj1r0u.wordpress.com/2011/01/06/7-tokoh-sosiologi-klasik/
Ritzer,George.Edisi ketujuh Teori Sosiologi Modern. Jakarta: kencana, 2014.
Doyle P Johnson. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta: Gramedia,1988

Tidak ada komentar:

Posting Komentar